Kamis, September 9

Ramadhan dan Metamorfosis Diri


Pernahkah kita melihat kupu-kupu dengan sayap yang indah? Terbang melayang-layang di taman dengan gaya yang menawan. Semua kita pasti suka apalagi anak-anak dan remaja putri. Ya, siapa yang tidak suka dengan kupu-kupu di samping sayapnya yang indah dan gerak-geriknya yang menawan juga memberi manfaat bagi tanaman yang disinggahinya. Kupu-kupu membantu mempertemukan serbuk sari dengan kepala putik yang siap untuk menjadi buah.


Tapi sadarkah kita sebelum menjadi kupu-kupu, ia hanyalah seekor ulat bulu yang menjijikkan. Setiap kita menyentuh akan gatal-gatal dan kulitpun menjadi merah. Bentuknya juga tidak menarik bahkan membuat orang berupaya untuk membinasakannya. Boro-boro memberikan manfaat bagi tanaman, malah dedaunan yang disinggahinya menjadi tidak karuan karena dimakan oleh sang ulat. Dalam fikiran kita ulat memang menyebalkan dan tak pantas ada di taman di mana terdapat tanaman yang indah, hanya merusak pemandangan saja. Cuma ulat tidak tinggal diam pada masanya ulat merubah dirinya menjadi kepompong. Dalam kepompong ulat melakukan metamorfosis menjadi kupu-kupu indah, menawan dan bermafaat.

Proses metamorfosis dalam kehidupan manusia merupakan proses mengubah diri, meningkatkan kualitas menjadi Insan mulia, yang beriman dan bertaqwa. Setiap saat sebetulnya kita bisa melakukan perubahan dan perbaikan. Namun Allah maha kasih dan sayang pada ummatnya, disediakannya satu bulan penuh bagi kita untuk memperbaiki diri di mana setan dibelenggu dan amalan dilipatgandakan-Nya. Dan tentunya kita bukanlah ulat yang baru memberikan manfaat setelah menjadi kupu-kupu. Puasanya kita merupakan sarana perbaikan dan sekaligus latihan beramal. Dalam puasa kita tidaklah bertapa, tapi ladang amal yang luar biasa, dalamnya amalan sunah dinilai dengan amalan wajib, amalan wajib dilipatgandakan, bahkan pahala puasanya sendiri Allah langsung yang akan menilai dengan kehendak-Nya.

Metamorfosis ramadhan memang luar biasa, sebuah fasilitas dari Allah untuk ummat-Nya. Ibarat orang yang akan bertanding, ramadhan adalah sarana melatih diri untuk menjadi juara. Namanya juga porsi latihan, menu dan latihannya harus sempurna sehingga bisa pantas menjadi juara. Menunya adalah puasa, sholat, zakat, infak dan sedekah, pengetahuan agama, tarawih, qiyamullail dan I’tikaf. Latihannya adalah keikhlasan, kesabaran, ketaatan, kepedulian dan kedermawanan. Kapan metamofosisnya dikatakan berhasil? Pertama: Bila tampak kesungguhan yang dilakukan selama latihan di bulan ramadhan di mana keikhlasan, kesabaran dan ketaatannya meningkat. Demikian juga dengan kepedulian kepada orang-orang membutuhkan uluran tangan serta kedermawanan yang tumbuh tanpa diminta. Kedua: Bila setelah ramadhan hasil latihannya berbekas sempurna bagai sang juara, karena hakikat pertandingan adalah 11 bulan paska ramadhan di mana tidak ada fasilitas khusus. Sebagaimana kupu-kupu yang semakin cantik dan bermanfaat setalah keluar dari kepompong kehidupan.

Menjadi insan mulia dengan pribadi yang indah, aktivitas yang menawan dan memberi manfaat adalah ciri metamorfosis ramadhan yang berhasil. Ingatlah! di sekitar kita masih banyak orang yang membutuhkan perhatian dan uluran tangan kita. Berjuta mata mengharap kehadiran dengan senyum dan kepedulian kita. Berjuta hati mengharap ketulusan dan kemurnian amal sosial kita. Mari ambil bagian dalam parade kemanusiaan yang tak pernah putus, sambung-menyambung sampai tidak ada lagi air mata yang tumpah dan tidak ada lagi jiwa-jiwa yang merana dalam duka.

Ya Allah, hamba rindu akan hadirnya bulan Ramadhan yang penuh berkah. Berilah kami kesempatan untuk hadir bersamanya dan mengisinya dengan amalah terbaik hamba, ya Allah. Marhaban yaa Ramadhan! (( September 2010/30 Ramadhan 1431H )

Sumber : Multiply Premium

Tidak ada komentar:

Posting Komentar